Selasa, 15 Maret 2016



SALAMAH BIN AL-AKWA 
( PAHLAWAN PASUKAN JALAN KAKI )

Puteranya Iyas ingin menyimpulkan keutamaan bapaknya dalam suatu kalimat singkat, katanya:
"Bapakku tak pernah berdusta... !" Memang, untuk mendapatkan kedudukan tinggi di antara orang-orang shaleh dan budiman, cukuplah bagi seseorang dengan memiliki sifat-sifat ini! Dan Salamah bin al-Akwa' telah memilikinya, suatu hal yang mmang wajar baginya ... !
Salamah salah seorang pemanah bangsa Arab yang terkemuka, juga terbilang tokoh yang berani, dermawan dan gemar berbuat kebajikan. Dan ketika ia menyerahkan dirinya menganut Agama Islam, diserahkannya secara benar dan sepenuh hati, hingga ditempalah oleh Agama itu sesuai dengan coraknya yang agung

Salamah bin al-Akwa' termasuk pula tokoh-tokoh Bai'atur Ridwan . Ketika pada tahun 6 H. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersama para shahabat berangkat dari Madinah dengan maksud hendak berziarah ke Ka'bah, tetapi dihalangi oleh orang-orang Quraisy, maka Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan kunjungannya hanyalah untuk berziarah dan sekali-kali bukan untuk berperang…..
"Aku mengangkat bai'at kepada Rasulullah di bawah pohon, dengan pernyataan menyerahkan jiwa ragaku untuk Islam, lain aku mundur dari tempat itu. Tatkala mereka tidak berapa banyak lagi, Rasulullah bertanya: "Hai Salamah, kenapa kamu tidak ikut
Salamah: "Aku berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali, dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak sembilan kali".
Salamah terkenal sebagai tokoh paling mahir dalam peperangan jalan kaki,dan dalam memanah serta melemparkan tombak dan lembing. Siasat yang dijaiankannya serupa dengan perang gerilya, yang buta jumpai sekarang ini. Jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur kebelakang. Tetapi bila mereka kembali atau berhenti untuk beristirahat, maka diserangnya mereka tanpa ampun….!
Dengan siasat seperti ini ia mampu seorang diri menghalau tentara yang menyerang luar kota Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishan aI-Fizari dalam suatu peperangan yang disebut perang Dzi Qarad. Ia pergi membuntuti mereka seorang diri, lain memerangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya datanglah Nabi membawa balabantuan yang terdiri dari shahabat-shahabatnya.
Pada hari itulah Rasulullah menyatakan kepada para shahabatnya: -- '"rokoh pasukan jalan kaki kita yang terbaik ialah Salamah bin al-Akwa'... !"
Dalam peperangan itu 'Amir memukulkan pedangnya kepada salah seorang musyrik. Tetapi rupanya pedang yang digenggam-nya hulunya itu melantur dan terbalik hingga
Maka pada waktu itu, -- yah, hanya sekali itulah, tidak lebih -- Salamah merasa amat kecewa sekali. Ia menyangka sebagai sangkaan shahabat-shahabatnya bahwa saudaranya 'Amir itu tidak mendapatkan pahala berjihad dan sebutan mati syahid, disebabkan ia telah bunuh diri tanpa sengaja.
Tetapi Rasul yang pengasih itu, segera mendudukkan perkara pada tempat yang sebenarnya, yakni ketika Salamah datang kepadanya bertanya: -- "Wahai Rasulullah, betulkah pahala 'Amir itu gugur ... ?"

Kedermawanan Salamah telah cukup terkenal, tetapi ada hal yang luar biasa. Hingga ia akan mengabulkan permintaan orang termasuk jiwanya apabila permintaan itu atas nama Allah ...!
Hal ini rupanya diketahui oleh orang-orang itu. Maka jika seseorang ingin tuntutannya berhasil, ia akan mengatakan kepadanya: -- "Kuminta pada anda atas nama Allah ... !" Mengenai ini Salamah pernah berkata: "Jika bukan atas nama Allah, atas nama siapa lagi kita akan memberi ... ?"
Sewaktu Utsman radhiallaahu anhu dibunuh orang, pejuang yang perkasa ini merasa bahwa api fitnah telah menyulut Kaum Muslimin, ia seorang yang telah menghabiskan usianya selama ini berjuang bahu-membahu dengan saudara seagamanya, tak sudi berperang menghadapi saudara seagamanya
Bena ! Seorang tokoh yang telah mendapat pujian dari Rasulullah tentang keahliannya dalam memerangi orang-orang musyrik, tidaklah pada tempatnya ia menggunakan keahliannya itu dalam memerangi atau membunuh orang-orang Mu'min. Itulah sebabnya ia mengemasi barang-barangnya lalu meninggalkan Madinah berangkat menuju Rabdzah yaitu kampung yang dipilih oleh Abu Dzar dulu sebagai tempat hijrah dan pemukiman barunya.
Maka di Rabdzah inilah Salamah melanjutkan sisa hidupnya, pada suatu hari di tahun 74 H., hatinya merasa rindu berkunjung ke Madinah. Maka berangkatlah ia untuk memenuhi kerinduannya itu. Ia tinggal di Madinah satu dua hari dan pada hari ketiga ia pun wafat Demikianlah, rupanya tanahnya yang tercinta dan lembut empuk itu memanggil puteranya ini untuk merangkulnya ke dalam pelukannya dan  memberikan ruangan baginya di lingkungan shahabat-shahabatnya yang beroleh berkah bersama para syuhada yang shaleh. Dan dengan hati yang khusyu dan penghormatan yang tinggi kita ucapkan kepada guru besar dan penutup para rasul, ‘’ semoga salam, rahmat Allah serta berkahnya tercurah atasmu wahai nabi, Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik pembalasan segala pemberian dan petunjukmu. Kemudian dengan kerinduan yang bertambah agar tak pernah luntur kita ucapkan pula kepada para sahabatnya yang beroleh berkah, Selamat jalan, wahai budiman, tetapi bilakah mereka dapat di katakan hingga kita mengucapklan selamat jalan , Baikalah kalo begitu kita ucapkan saja salam. Yakni salam yang pada permulaanya kita ucapkan dengan khusyu  dan pada kesudahannya juga kita sampaikan dengan hati yang khusyu.


SUMBER : Khalid Muhammad khalid, Karakteristik 60 Sahabat Rasulullah CV.Penerbit di ponogoro Jln.Moh.Toha 44-46 Bandung